Pages

RESENSI BUKU "SEKOLAHNYA MANUSIA" MUNIF CHATIB

RESENSI BUKU
SEKOLAHNYA MANUSIA
MUNIF CHATIB




Judul                           : Sekolahnya Manusia

Pengarang                   : Munif Chatib

Penerbit                       : Kaifa

Tahun terbit                 : Mei 2015 (Cetakan I Edisi Baru)

Tebal buku                  : 178  Halaman


Membangun sekolah hakikatnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Sayangnya, banyak sekolah yang selama ini sadar atau tidak malah banyak membunuh potensi siswa didiknya. Setelah diteliti, banyak sekali sekolah di negeri ini yang berpredikat SEKOLAH ROBOT, mulai dari proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah, sampai pada sistem penilaiannya. SEKOLAH MANUSIA adalah sekolah berbasis MI (multiple intelligences), yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswanya.

Buku berjudul “Sekolahnya Manusia” karya seorang pakar pendidikan bernama Munif Chatib ini berisi tips-tips menjadi guru kreatif dan berkualitas. Buku ini merupakan hasil riset yang beliau jalankan dari sekolah ke sekolah. Berawal dari sebuah sekolah yang mendapat image buruk dengan kepercayaan masyarakat yang terus menipis bahkan nyaris diambang “kematian”. Sampai dinas pendidikan setempat berencana menutup sekolah tersebut. Namun, dengan teori multiple intelligences system (MIS) yang dikenalkan oleh Munif Chatib, sekolah itu berubah dan berkembang sehingga bisa hidup kembali. Bukan dari segi bentuk bangunannya saja tetapi isinya juga dirombak.

Bagian I – BUKAN MEREKA YANG BERMASALAH

Pada bab ini Munif Chatib memaparkan bagaimana pengalaman beliau dalam proses pembelajaran ketika seorang guru menemukan sast-saat yang berkesan atau special moment  dalam mengajar. Dari sebuah aktivitas belajar yang mampu merubah kesulitan pemahaman seorang siswa karena beberapa hal, menjadi mudah, sampai akhirnya siswa tersebut bisa memahami dengan baik materi yang disampaikan. Tentu bukan hal yang mudah untuk mendapatkan  special moment. Mungkin setelah melakukan segala cara dan upaya barulah terjadi koneksi anatara murid dengan guru dan materi yang disampaikan. Dengan demikian Munif Chatib yakin bahwa setiap siswa memliki kecerdasan yang berbeda-beda, tidak ada yang bodoh apabila guru mengenali gaya belajarnya. 

Menekankan the best process bukan the best input. Pada contoh sekolah yang telah menerapkan multiple intelligences system (MIS), mereka menganut the best process yakni calon siswa yang mendaftarkan diri lebih awal akan langsung diterima. Tidak peduli apakah siswa tersebut memiliki nilai yang bagus atau jelek. Selama kuota kelas masih tersedia siapapun bisa masuk tanpa melakukan tes seperti yang dilakukan di sekolah pada umumnya. Penerimaan siswa baru (PSB) disekolah yang menerapkan MI menggunakaan alat riset yang disebut sebagai Multiple Intelligences Reseach (MIR), setiap siswa yang mendaftar akan dinyatakan lulus dan hasil dari MIR ini digunakan oleh guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, dianalisis, lalu dibuat lesson plan (rencana pembelajaran). Dengan demikian guru mengajar dengan cara memasuki dunia siswa, karena gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa.

MIS yang disebut sistem kecerdasan majemuk ini merupakan teori dari Howard Gardner, psikolog dari Harvard University. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar siswa, yang memahami apa yang siswa mau, dan memanusiakan manusia.

Bagian II – PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Ø Redefinisi Kecerdasan, Sebuah Awal yang Manusiawi. Pemahaman definisi dari “kecerdasan” adalah awal dari aplikasi banyak hal yang terkait dalam diri manusia, salah satunya adalah pendidikan. Kesepakatan atas paradigma dan makna tentang kecerdasan selanjutnya dapat menjadi awal penyusunan dan aplikasi sebuah sistem pendidikan.

Ø Teori kecerdasan mengalami puncak perubahan paradigma masyarakat pada tahun 1983 disaat Dr. Howard Gardner mengumumkan perubahan makna kecerdasan dari pemahaman sebelumnya.

Ø Tiga paradigma dasar yang diubah Gardner:
1.    Kecerdasan Tidak Dibatasi Tes Formal
Kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indikator-indikator yang ada dalam tes formal. Sebab setelah diteliti, ternyata kecerdasan seseorang itu selalu berkembang (dinamis), tidak statis. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan hanya menilai kecerdasan pada saat itu, bukan untuk satu bulan atau satu tahun bahkan seterusnya. Menurut Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang.
2.    Kecerdasan Itu Multidimensi
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak sisi, bukan hanya kecerdasan berbahasa maupun logika. Menurut analisis penulis, kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak seseorang sampai orang itu menemukan kondisi terbaiknya dan kondisi akhir terbaik seseorang tidak terbatas pada satu kondisi saja. Dengan menerapkan multiple intelligences, seseorang dapat menemukan kondisi akhir terbaiknya lebih awal.
3.    Kecerdasan, Proses Discovering Ability
Metode ini meyakini bahwa setiap orang memilki kecerdasan-kecerdasan tertentu yang harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan. MIS menyarankan untuk mengembangkan kemampuan atau kelebihan anak dan mengubur kelemahan/ketidakmampuannya.

 Ø Hambatan/tantangan dalam aplikasi MI di dunia pendidikan Indonesia:

1. Beberapa elemen sistem pendidikan Indonesia kurang sejalan dengan “sistem pendidikan yang proposional (manusiawi dan seimbang)” yang secara teoritis terdapat pada alur input (penerimaan siswa), process (proses KBM) dan output (assessment).
2.  Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia. Indikator kebanyakan sekolah unggul sekarang ini dititikberatkan pada the best input (menyeleksi siswa baru dengan ketat, menerima yang pandai saja).
3.    Desain kurikulum yang masih sentralistis
4.    Penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendiidkan
5.   Proses belajar yang menggunakan kreativitas tingkat tinggi. Permasalahan: rendahnya kemampuan guru mengajar dengan kreativitas yang baru dan menarik.Masih belum menggunakan penilaian autentik.

Bagian III - SOLUSI PENDIDIKAN DI NDONESIA: MULTIPLE INTELLIGENCES

A.  Indikator Sekolah Unggul, “The Best Input” atau “The Best Process”

Hampir setiap tahun pada masa penerimaan siswa baru setiap orang tua mengincar sekolah favorit dengan mendaftarkan anaknya dan mengikuti seleksi yang diadakan di sekolah tersebut. Sekolah hanya menerima 350 siswa, padahal yang mendaftar dan mengikuti tes lebih dari 1.000 orang. Bisa dibayangkan bagaimana ketatnya proses seleksi di sekolah tersebut. Bagi anak yang lolos seleksi mungkin orang tua menganggap anaknya pintar. Tapi bagaimana untuk anak yang tidak lolos seleksi disekolah faforit tersebut? Banyak orang tua yang setelahnya menilai bahwa anaknya “bodoh” hanya karena tidak diterima di sekolah favorit.  Pertanyaannya, benarkah sekolah unggul adalah sekolah yang mengutamakan kualitas input siswanya?

Ø Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya.

Ø Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru yang bekerja di sekolah tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai “agen pengubah” siswanya.

Ø Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualaitas akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang guru-gurunya mampu mengubah kualitas siswanya dari bodoh dan nakal menjadi positif, itulah sekolah unggul.

Ø resiko bagi pengurus sekolah yang berani mengklaim sekolahnya adalah sekolah unggul. Mereka harus dengan senang hati menerima semua siswa apa adanya, tanpa pandang bulu, dan tanpa memilih siswa dengan tes seleksi. Ini karena prinsip seklah tersebut: tidak ada siswa yang bodoh.

Ø Sekolah unggul adalah sekolah yang memanusiakan manusia, dalam arti menghargai tiap potensi yang ada pada diri siswa. Sekolah yang membuka pintu untuk semua siswa, bukan seleksi tes-tes formal yang memiliki nilai interval berupa aangka untuk menyatakan batasan diterima atau tidak.

Ø Pemerataan sekolah unggul di setiap daerah  akan lebih cepat terwujud apabila tidak ada tes seleksi yang bersifst kognitif untuk menentukan seorang siswa diterima atau ditolak masuk sekolah yang diinginkannya. Setiap sekolah harus berani menjadi sekolah manusia, sekolah yang terbuka untuk menerima siswa dengan kondisi apapun.

B.  MIR Dan Gaya Belajar Anak

Banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Gaya mengajar adalah strategi transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Gaya belajar adalah bagimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa. Gaya belajar tercermin dari kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa tersebut. Salah satu asas Quantum Learning (Bobbi DePorter): Setelah guru memahami gaya belajar siswa, setiap guru akan masuk ke dunia siswa sehingga siswa dapat merasa nyaman dan tidak menghadapi resiko kegagalan dalam proses belajarnya.


C. MIR Dan Bakat Anak

Ø Potensi bakat harus dipicu.
Ø MIR merupakan alat hasil riset yang dapat membantu orangtua menemukan bakat terpendam anakanya.
Ø Fungsi penting hasil MIR
·     Sebagai data informasi tentang kondisi psikolgis kecerdasan anak
·  Sebagai anjuran kepada orangtua untuk melakukan berbagai aktivitas kebiasaan atau kegiatan krwatif yang disarankan untuk diterapkan kepada anaknya guna “memancing” bakat anak tersebut.


Bagian IV – STRATEGI PEMBELAJARAN MI (MULTIPLE INTELLIGENCES)

A.  MI Bukan Bidang Studi

Ø Kesalahpahaman ini dimungkinkan karena kemiripan istilah anatara jenis kecerdasan yang dimunculkan oleh Howard Gardner dan nama bidang studi. Seperti kecerdasan matematis-logis disamakan dengan bidang studi matematika, kecerdasan linguistik dianggap bidang studi bahasa Indonesia.
Ø MI merupakan strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi.
Ø Strategi pembelajaran ini adalah bagaiman guru pengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya.

B. MI Bukan Kurikulum

Ø MI bukan kurikulum, melainkan strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan oleh silabus.

Ø MI sulit diterapkan pada dunia pendidikan yang mengacu pada kurikulum berbasis materi. Kurikulum berbasis materi hanya melihat dan menilai keberhasilan siswa dengan melihat sedikit banyaknya pengetahuan dan hafalan bidang studi.

Ø MI cocok bila diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi dan komprehensif.

Ø Kurikulum yang komprehensif adalah kurikulum yang mendidik siswa dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Ø Sebaik apapun kurikulumnya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan siswa-siswa.

C. Penyakit DISTEACHIA

Penyakit yang diderita oleh guru, yaitu penyakit “salah mengajar”
(Thomas Armstrong, Ph.D,.)
Ada 3 Virus:
1.      Teacher Talking Time

      Anggapan bahwa guru mengajar dan siswa belajar ada dalam satu proses. Guru yang menghabiskan waktu 80% dengan berceramah meyakini bahwa materi yang disampaikan saat itu didengar dan diperhatikan siswanya. Padahal, kenyataan menunjukan sebaliknya. Siswa kebanyakan tidur, berbincang dengan temannya dan melamun. Dan parahnya guru merasa cukup untuk memnuhi tugas dan kewajiban mengajar.

2.   Task Analysis 

      Guru biasanya langsung masuk ke penyampaian materi tanpa menjelaskan kegunaan materi dalam kehdupan sehari-hari. Global analysis juga harus diberikan kepada siswa agar mereka dapat mendapatkan gambaran seperti apa materi yang akan diajarkan, Dengan begitu setelah diberikan materi yang sudah dikembangkan/dipecah-pecah, siswa tidak akan bingung karena sudah mempunyai gambaran dari inti materi yang dipelajari. (Global analysis: Ibarat Puzzle yang utuh, Task analysis: puzzle yang sudah dipecah-pecah)

3.  Tracking

       Apa itu Tracking? Tracking adalah pengelompokan siswa ke dalam beberapa kelas berdasarkan kemampuan kognitifnya. Output tracking adalah pembagian kelas menjadi kelas untuk anak pintar dan kelas untuk anak bodoh. Contoh: konsep kelas akselerasi.

    Menurut Thomas Armstrong, perkembangan psikologi dan kompetensi seorang siswa pandai yang masuk dalam kelas khusus anak pandai mempunyai risiko kemunduran tingkat kecerdasan. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi yang menimbulkan ketegangan, apabila seorang siswa tertinggal sedikit saja dari temannya ia akan langsung merasa frustasi dan murung. Itu sangat berisiko buruk bagi perkembangan psikologis pendidikan anak tersebut.


D.  Strategi Pembelajaran MI

Ø Pelaksanaan strategi ini akan menjadi lebih mudah jikah langkah pertama fokus pada model aktivitas pembelajaran dahulu, baru setelah itu dilakukan analisa terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengan kecerdasan apa saja. Bukan fokus kepada kecerdasan tertentu baru menguraikan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan tersebut dan tidak menyentuh kecerdasan lain.

Ø Beberapa contoh strategi pembelajaran dengan MI: menulis puisi tentang materi pelajaran (kecerdasan linguistic, intrapersonal, interpersonal dan kinestetis), Teater Aristoteles (ajang mengeluarkan pendapat dan ajang unjuk bakat siswa), movie learning, be a discoverer, dll.

Ø Ketika guru fokus untuk model aktivitas yang kreatif dan inovatif, proses pembelajaran akan menarik minat siswa untuk belajar dengan antusias dan menikmati proses pembelajaran.

Ø Aplikasi langsung dari materi pembelajaran secara otomatis akan masuk dalam memori jangka panjang dan tidak akan terlupakan seumur hidup.

E.  Merancang Strategi Pembelajaran

1.  Menggunakan 30% waktu guru untuk menyampaikan materi, dan 70% digunakan untuk siswa beraktivitas.
2.  Gunakan modalitas belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi melihat, mengucapkan dan melakukan.
3. Mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup.
4. Menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan emosinya untuk menghindari kehambaran dan kebosanan.
5. Melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain.

F.  Menjadi Guru Profesional

    1.    Bersedia untuk selalu belajar
2.    Secara teratur membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar
3.    Bersedia diobservasi
4.    Selalu tertantang untuk meningkatkan kreativitas
5.    Memiliki karakter yang baik

Bagian V – PENILAIAN AUTENTIK

A.  Model Penilaian

    1.      Penilaian Standar

        Ø Penilaian tradisional Menitikberatkan pada penilaian pengetahuan
Ø Penilaian hanya pada akhir periode pembelajaran (contoh:ulangan harian dijadikan alat untuk melihat ketuntasan belajar siswa)
Ø Soal tes yang memiliki konten abstrak (tidak diberi contoh nyata/konkret)
Ø Jenis penilaian: Tes
Ø Hanya menggunakan benar/salahnya jawaban siswa sebagai instrument penilaian
Ø Mendorong adanya kompetisi (ranking)
Ø Mengesampingkan yang lemah

2.    Penilaian Autentik

        Ø Mengukur 3 aspek kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
Ø Guru juga mengambil nilai pada proses pembelajaran. Tidak hanya di akhir saja
Ø Soal tes sudah konkret (contoh: soal cerita dalam matematika)
Ø Menggunakan berbagai jenis penilaian
Ø Instrumen penilaian: skoring dan observasi
Ø Penilaian
Ø cenderung membangun semangat Membantu siswa yang lemah

B.  Ability Test, Bukan Disabillity Test

Penilaian autentik menganut konsep Ability Test, yaitu tes kemampuan, bukan Disabillity Test atau tes ketidakmampuan. Artinya doal-soal yang diberikan merupakan soal yang sudah dipelajari sebelumnya, bukan soal-soal yang belum didapat dari proses belajar.

C.  Discovering Ability

    Discovering ability: guru meminta siswa menjawab soal yang sama dengan cara yang lain, apabila gagal baru dilakukan remedial.

D.  Taksonomi bloom

membantu guru membuat soal berkualitas
Ø Pengetahuan (ingatan dari materi yang sudah dipelajari, contoh soal: siapakah ...? Dimana letak….?)
Ø Pengertian (arti suatu materi, contoh soal: Apakah yang dimaksud dengan…?)
Ø Aplikasi (Menerapkan materi, contoh soal: jelaskan langkah-langkah untuk…? )
Ø Analisis (memecahkan/menguraikan suatu materi, contoh soal: apa hubungan antara…dan…?)
Ø Sintesis (menyatukan bagian-bagian, contoh soal: buatlah sebua lagu mengenai…?)
Ø Evaluasi (menentukan nilai suatu materi, contoh soal: apa pendapatmu mengenai…?)

E.  Konsep Ipsative

Perkembangan siswa diukur dari perkembangan sebelum dan sesudah siswa mendapatkan materi pembelajaran. Perkembangan siswa satu tidak boleh dibandingkan dengan siswa lain.

F. Penilaian yang dilakukan oleh guru harus memuat keseimbangan Tiga Ranah:

Ø Aspek Kognitif
Ø Aspek Afektif
Ø Aspek psikomotorik


Dengan buku sekolahnya manusia karya Munif Chatib ini, dapat menjadikan para guru (khususnya di Indonesia) lebih kreatif dan mempunyai motivasi untuk mengajar dengan cara yang baik, guru yang mengikuti gaya belajar siswa, bukan siswa yang mengikuti gaya belajar guru. Sehingga setiap siswa mendapatkan hak untuk belajar dan memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan baik. Buku ini juga bermanfaat untuk pengurus sekolah yang ingin menerapkan sistem pembelajaran agar menjadi lebih baik. Sehingga tidak ada lagi sekolah robot, melainkan sekolahnya manusia, yang memanusiakan manusia, dan mengakui bahwa setiap anak memiliki potensi dengan kecerdasan yang berbeda.



  















0 komentar:

Posting Komentar